Wednesday, July 24, 2013

Tentang Hujan, dan kisah lainnya.

“Jangan terlalu senang, nanti nangis lho..!”
Seketika, kalimat itu dengan ramah menyapaku. Apa tadi pagi, aku terlalu bahagia ya? A blessing morning, it just the way i feel. Dalam sekejap setelah aku memejamkan mata beberapa menit diwaktu sore, semua berubah.

Hujan, kau berhasil membuatku juga meneteskan air. Air mata tentunya, selepas kepergianmu.
Bagaimana lagi bisa kutahan, ketika segala kesalahan terlempar padaku. Seakan akulah penyebab dari kekacauan ini. Aku yang salah, aku yang tak berguna.

Bak air yang ditumpahkan dari sejumlah ember, menggenangi seantero ruangan. Hanya bisa kupunguti air, yang kemudian disambut tetesan dari mata air lainnya. Tersedu. Setiap ruangan, sudah tampak seperti kamar mandi, tergenangi oleh air. Bercampur pasir hitam yang dibawa oleh genangan dari luar. Baunya aneh, tak terhirup sedap.

Segala barang dilantai, basah, tenggelam. Sudah seperti kolam renang saja. Dengan kesadaran yang baru saja kutemukan, kuambil novel yang terjatuh di dekat kasur, basah. Aku menyadari keadaan yang membuatku bingung disaat sedang sendiri menjaga rumah : Banjir.

Hujan, kali ini rasanya, aku ingin membencimu. Karenamu, aku terdakwa bersalah. Dan merasa seperti orang yang tak berguna. Untungnya saja, sampai kapanpun aku akan tetap menyukaimu. Memaafkanmu.

Samarinda, 24 Juli 2013

Tuesday, July 23, 2013

Aku Anak Kecil.


Aku anak kecil, hm, tepatnya.. masih kecil. Bukan masalah ukuran tubuh, tapi mental.

Ya, berdasarkan pengalaman sepekan ini, ketika 'terpaksa' harus berkumpul dengan para ibu dengan latar negeri orang dan terpisah dari keluarga dekat, saya menyadari bahwa saya memang -masih- anak kecil. Jika dibandingkan dengan para wanita tersebut, yang sudah menikah apalagi mempunyai anak satu, dua, atau lebih. *yaiyalah* Tapi kenapa begitu?

日本に行きましょう! [Let's go to Japan!] ^^