Tepat, beberapa menit yang lalu, kubuka sedikit horden setelah sebelumnya
mendengar suara yang mengusik ketenanganku ber-online ria, mengintip dari balik
jendela yang mengarah ke jalan. Ini kali pertamanya aku melihat jalan itu dari
balik jendela pada malam hari seperti ini.
Sepi, meski beberapa motor masih berlalu-lalang, beberapa orang
laki-laki yang masih berjalan santai, warnet di depan kosan pun masih buka. Tak
lama, tampak dua orang lewat, membawa karung berwarna putih yang terisi penuh,
terlihat berat tapi sepertinya tidak. "Apa yang sedang mereka bawa di
malam hari seperti ini?" Pikirku mendalam.
Salahseorang diantara keduanya, berbadan tinggi, memakai topi,
kaos, dan celana. Tidak tahu, ia memakai alas kaki atau tidak. Kusimpulkan ia
adalah laki-laki, seorang bapak tepatnya. Aku masih berpikir netral.
Tapi.. sedikit terkejut ketika melihat salahseorang nya lagi.
Berbadan lebih pendek, dengan kaos lengan panjang atau entah jaket berwarna
putih, memakai celana. Rambutnya...panjang, atau pendek? Tidak jelas.
Kesimpulannya ia seorang anak, tidak tahu pasti perempuan ataukah laki-laki.
Honestly, i'm speechless. Kasihan? Deep
in my heart : yes. Dimalam hari yang dingin di kota Cimahi, setelah
sebelumnya hujan turun mengguyur jalanan kering serta tumbuhan yang melayu,
saat dimana orang pada umumnya, tidur, beristirahat untuk menjalankan aktifitas
masing-masing di esok hari, mereka? Masih berjalan kaki, menelusuri jalan, yang
tidak kuketahui dimana ujungnya. Mengangkut karung, sambil... memulung sampah
botol atau plastik yang DIBUANG dipinggir jalan.
Oh negeriku.. Sedih sekali, melihat mereka yang masih bekerja
hingga larut malam hanya untuk mengais uang yang hasilnya belum tentu cukup
untuk memenuhi kehidupannya, keluarganya sehari-hari. Sedangkan kita menyaksikan
dengan mudahnya para petinggi negeri berkorupsi bermilyaran hingga triliun,
hanya untuk kesenangan semata yang sebenarnya berlebih. Miris.
Kembali pada kedua orang sebelumnya yang kini berlebel pengemis
dalam konsep pemikiranku. Maaf. Tak sampai disitu, mereka membuatku semakin
sedih. Sang bapak memantikkan api, terlihat jelas dari cahayanya yang berwarna
oranye. Satu kali, dua kali, dan diketiga kalinya, tampak seperti ia membakar
ujung rokok yang ia jepit dimulutnya. Pemandangan yang biasa bukan? Ya, karena
berulang-ulang, kebanyakan orang Indonesia merokok. Seakan merokok adalah hal
lumrah bagi orang tua, orang dewasa. Lalu remaja? Lama kelamaan mungkin akan
terlihat lumrah juga L
Bagaimana dengan anak-anak? Jelas, sangat dilarang kan?! Tapi
pernah tidak, melihat anak kecil jalanan merokok?! Tidak sekali kan! x(
Mengapa negeri ini dengan mudahnya menerima hal-hal perusak
seperti itu? Mengapa Negara tidak menjaga anak-anak yang nantinya harus
memajukan Negara menjada lebih baik? Di UUD ada kan? Pasal-pasal hanya seperti
kacang goreng yang dilewatkan begitu saja, sepertinya.
Itulah yang kulihat pula malam ini. Sang bapak tak lama kembali
melangkah, menggendong karung diatas badan, lalu sesekali menghirup rokok. Sang
anak mengikuti langkah sang bapak untuk meninggalkan tempat berhenti mereka
sementara. Tak hanya langkah… Rupanya sang anak pun merokok! :((((
It was modelling.
Seorang anak akan mencontoh dan berperilaku seperti orang yang dilihat atau
terdekatnya. Ditambah pula dengan kurangnya pengetahuan dari sang orangtua
hingga tidak mengarahkan anaknya pada perilaku yang baik.
“andai aku punya uang banyak, akan ku “culik” semua anak jalanan,
agar mereka mendapatkan pendidikan serta lingkungan yang selayaknya” L
Cmh, 19 September 2012
Started at 11.02 pm
No comments:
Post a Comment