Malam itu, tepatnya tanggal 1 November 2011 selesai les di tempat yang lokasinya agak jauh dari kosan, saya pun bergegas pulang. Langit semakin gelap dan angin malam semakin kuat hembuskan dinginnya. Seorang diri saya naik ke sebuah angkot pertama, ditemani orang2 yang sama sekali tidak saya kenal. Tak lama saya sadari, ternyata angkot tersebut, melewati jalan yang tak sesuai dengan jalan yang biasanya di lewati, untung saja saya telah mengenali sebagian daerah yang baru saja saya tinggali ini. “alamat naik angkot tiga kali ini” desah saya. Walaupun sebenarnya bisa hanya dengan dua kali angkot saja, tapi karena “pesanan” makan malam banyak dan saya juga belum membelinya, otakpun segera berputar, merancang langkah mana yang harus saya ambil terlebih dahulu.
Angkot pertama berhenti didepan sebuah mall kecil, saya turun dan segera mencari angkot kedua yang akan dinaiki. Seperti biasa, angkot didepan mall tersebut selalu ‘ngetem’ tapi.. Alhamdulillah sudah banyak orang didalamnya, itu berati tak akan lama saya menunggu angkot tersebut jalan. Satu, dua, tiga orang lagi memasuki dan memenuhi tempat duduk kosong di angkot tersebut. Tidak lama kemudian, kami kira si supir angkot akan menjalankan angkot tersebut, tapi ternyata dia berbicara dengan seseorang. Tiba-tiba percakapan itu memanas dan mereka berkelahi! Kami terdiam dan kaget. Lawan dari sang supir memegang sebuah rokok dan didorong-dorong hingga ke badan angkot, sampai angkotnya pun sedikit bergerak. Saya yang berada tepat di balik jendela angkot yang terbuka mengarah pada kedua orang yang berkelahi pun merasa takut. Panik, penumpang angkot yang hampir semuanya perempuan itu langsung berteriak mengajak keluar. Berdesakan keluar dari angkot saking paniknya dan berlari kecil menjauh dari angkot. Bersyukur kami dapat “menyelamatkan” diri. Jantung ini berdegup dengan kencangnya, sayaikuti saja kawanan perempuan yang satu jurusan angkot dengansaya tadi. Alhamdulillah lagi, walaupun sendiri, beberapa orang yang tadi adalah perempuan, jadi saya lebih merasa aman dan nyaman. “andai ada seseorang yang menemani dan mengantarkansaya..” lirih dalam hati.
Cerita menegangkan itu berakhir setelah saya naik angkot yang lebih aman, bersama kawanan tadi, saking kaget dan tegangnya, mereka bercerita sambil menertawakan kejadian tadi. mungkin kalau ada reporter bisa masuk ke berita kali yaa, pikir saya. Mungkin juga, seperti inilah gambaran awal penyebab terjadinya kasus kriminal hingga pembunuhan di berita. masyaAllah.. “mata” saya semakin terbuka, saya harus semakin berhati-hati karena kini saya telah memasuki “dunia luar”, dunia “kejam” yang sesungguhnya.
Alhamdulillah (tak bisa berhenti untuk mengucapkannya..) saya sampai didepan rumah makan yang dituju dengan selamat. Saya pesan sebuah bakso pesanan. Menunggu, sambil berdiri, memperhatikan sekeliling. Ada seorang bapak2 yang sayaingat sekali ngomongnya ceplas-ceplos. Tiba-tiba seorang anak laki2 (sekitar 8-10 tahun) datang untuk meminta-minta ke bapak tersebut, sebuah kejadian biasa, hanya percakapannya yang luar biasa mengejutkan :
bapak : aduuh sy gak punya uang dek!
si anak : ....
bapak : eh kamu jangan ngelem ya!
saya : (si bapak baik juga ngingetin..)
bapak : mendingan minum pottasium aja. biar langsung mati. kalo ngelem kan lama tuh matinya.
saya : (astaghfirullah T___T)
si anak : ah gak mau pottasium, mending minum aja (sambil melakukan gerak simbolis yg menyatakan bahwa yg dimaksudkan adalah minuman keras)
Astaghfirullah. Begitu mengerikannya kah dunia ini, negara ini? Anak-anak kecil yang seharusnya masih dalam lindungan orangtua dan mendapatkan pendidikan yang layak, malah harus meminta-minta bahkan seseorang menyuruh mereka untuk mati saja. masyaAllah, begitu kejamnya dunia ini. Andai anak2 tersebut berada di Palestina, dengan gagah berani berjuang untuk membela negaranya, melawan tentara bersenjata mengerikan, dan ketika mereka mati pun tak akan sia-sia, malahan berlabel syahid. Subhanallah. Sedih. Ah, andai saja aku bisa “menculik” mereka, memasukkan ke tempat perlindungan dengan pendidikan yang cukup :(
Semakin saya syukuri nikmat Nya yang diberikan kepadasaya, orangtua masih memberikan pendidikan, kehidupan yang layak hingga sekarang. Tak terbayang jika saya yang berada diposisi anak pengemis tersebut. Ya Allah, lindungilah saya dari dunia yang mengerikan ini..
Dan akan tetap sayakatakan, “dunia luar itu mengerikan”.
NB :
beberapa minggu kemudian, saat saya naik angkot dan melewati sebuah jalan, saya lihat anak sepantaran si anak pengemis tadi, sedang ngelem di pinggir jalan :( dan seseorang yang telah lama tinggal di daerah ini, mengatakan bahwa dia tidak mau memberikan anak2 kecil itu uang, karena uang tersebut dipakai untuk membeli lem. Ya Allah.. kasihan sekali mereka.. andai saya bisa berbuat sesuatu untuk menolong mereka jauh dari kemiskinan dan kesusahan :(
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment