Saturday, March 16, 2013

Ketika mundur, tak bisa menjadi pilihan.


Ketika mundur tak bisa menjadi pilihan, maka alternatifnya adalah berjalan santai sambil membuka katup, atau berlari tanpa henti.

Pernah merasa jenuh? Jenuh belajar lebih tepatnya.
Pernah merasa ingin mundur? Saat tak lagi kuat menahan beban di dada, bukan bahu.

Yes, that's one thing that i am thinking about.
Bukan karena beban berat yang tak mampu ku emban, hanya saja, yang terpikirkan saat ini, disini bukan passion-ku.

Rasanya, ingin sekali melepas beban tersebut dan menggantinya dengan sesuatu yang selalu membayangi angan-anganku. Menghasilkan sesuatu yang dapat diterima oleh orang banyak dengan lebih mudah, tidak perlu dengan analisis yang terlalu berat untuk dicerna.

Krisis motivasi. Krisis motif.
Lagi, ketika uap itu menyembur begitu kerasnya, masih tak ada katup yang bisa dibuka untuk membuat uap nya keluar, membaur bersama udara sekitar. Lalu, ketika tekanan semakin besar, kapanpun ia bisa meledak.

Ya, ya, saya perjelas. Jenuh ini semakin menguasai diriku, menjalar hingga meracuni motivasiku. Jenuh rasanya, ketika pikiran sepenuhnya tercurahkan hanya untuk akademik. Kalau kata Pak Mario Teguh, jenuh terjadi karena melakukan suatu hal hingga terlalu berlebihan. Benarkah? Padahal waktu belajarku hanya di kelas, sesampainya di kosan, buku dibuka hanya ketika akan mengerjakan tugas. Seminggu, mungkin kurang lebih tiga kali. Berlebihan? Ah rasanya tidak.

Meski beberapa kali weekend, ku habiskan dengan mengerjakan tugas --saking padatnya. Tapi saat ini, aku santai-santai saja, meski ada tugas dan rangkuman yang harus diselesaikan, sebenarnya. Dan hal ini -juga- membuatku jenuh. Weekend, enaknya jalan-jalan, pikirku. Bersama keluaga ataupun teman-teman, namun sayangnya, keluarga berada di seberang pulau sana, dan teman-teman, dari sekian banyaknya, tak berhasil kutemukan seseorangpun yang bisa pergi bersamaku. Hm, andai ada pasangan -halal, mesti ia bisa menemaniku *wondering*

Ah, terlalu banyak menghayal. Intinya saat ini aku ingin melepas semua tanggung jawab ini, tapi mana mungkin bisa, tidak boleh! Jika kulakukan, itu artinya aku mundur, keluar lebih tepatnya. Dan artinya lagi, berarti aku tak sanggup menerima ujian kesabaran yang diberikan Allah, berarti aku gak lulus dong, kelak harus mengalaminya lagi mungkin yang lebih berat. Ah, lemah sekali diriku.

Tidak mau! Tapi tidak mau begitu, pasti ada alternatifnya. Berlari tanpa henti atau berjalan santai sambil membuka katup...

Berlari tanpa henti, mungkinkah ku lakukan? Mungkin saja. Hanya, sebelum garis finish, bisa jadi tenagaku sudah habis, dan akhirnya aku tidak bisa mencapai garis finish. Atau.. aku bisa sampai, tapi, nafasku akan sangat terengah-engah, lalu habis, tak bisa melanjutkan ke 'perlombaan' lari berikutnya. Terlalu memaksakan diri, tampaknya aku tak akan mampu.

Namun, satu pilihan lagi.. "Berjalan santai sambil membuka katup", hmm menarik. Dengan cara ini, aku bisa berjalan perlahan tapi pasti, sangat pasti. Menentukan arah dengan teratur nan fleksibel, sambil ku buka katup udaranya. Uap yang menekan penutup teko dengan kerasnya, akan keluar dengan perlahan tanpa memaksa lalu membuat teko meledak, kan? Banyak sekali sebenarnya kegiatan sampingan (hobi) yang sangat menyenangkan dan mampu menyegarkan pikiran, kenapa tidak dimanfaatkan? Begitu kata sang Abi. Ya, saya paham. Kalau begitu, akan kupastikan waktu kosongku, terisi dengan kegiatan yang menyenangkan, mengasah kreatifitasku, plus refreshing my mind. It would be so fun!

Tapi, hobi apa yang akan kulakukan? Ada kah fasilitasnya?


***
added, 30-03-13
10.38 pm

No comments:

Post a Comment


日本に行きましょう! [Let's go to Japan!] ^^